Bonne Lecture
Haii Guyss.. Pada suka nggak nonton film 5Cm? itu tuuhh yang ceritanya tentang 5 kawan yang mendaki sang Mahameru di 17 Agustus itu. Sekarang kita akan mengulas tentang penulis buku 5Cm. Selamat membaca guys..
DONNY DHIRGANTORO, lahir di Jakarta
27 Oktober 1978, menyelesaikan masa putih abu abunya di SMA 6 Jakarta.
Meneruskan kuliah di STIE PERBANAS Jakarta ( sekarang ABFI Institute, Perbanas
) angkatan 1997. Semasa kuliah aktif di klub fotografi kampus dan Senat
Mahasiswa. Pengalaman yang tidak pernah bisa ia lupakan di Senat Mahasiswa
adalah sewaktu ia dan teman teman aktivis lainnya menghidupkan kembali
pelatihan aktivis mahasiswa Perbanas (Latihan Kepemimpinan Mahasiswa- LKM ),
yang telah beberapa tahun vakum. Di LKM ini ia dan teman meneruskan tradisi
pemberian beasiswa bagi aktivis mahasiswa berprestasi, yang dulu ia sendiri
sangat menyesal pernah tidak mendapatkannya. Pemberian beasiswa itu masih terus
berlanjut sampai sekarang.
Salah satu kebanggaan lain yang tak
terlupakan sewaktu menjadi mahasiswa adalah pada tahun 1998 ikut “berjuang”
bersama teman teman mahasiswa Indonesia menjadi titik kecil berwarna warni yang
berteriak lantang, bergerak sesak memenuhi gedung DPR/MPR.
Selama masa kuliah selain aktif di
kampus, dan menjadi Ketua Karang Taruna RW 06 di lingkungannya, ia bekerja freelance
menjadi Instruktur Outbound Management Training di PT BINA INTI MUDA UTAMA,
sebuah perusahaan konsultan sumber daya manusia di Jakarta.
Donny menyelesaikan kuliahnya pada
tahun 2001, dengan skripsi tentang strategi periklanan dan komunikasi
pemasaran. Setelah skripsinya selesai ia langsung merayakannya dengan pergi
mendaki Mahameru dengan teman temannya untuk merayakan upacara bendera 17
agustus di puncaknya. Sebuah perjalanan yang kelak akan merubah hidupnya.
Saat bekerja sebagai Trainer/
Instructor SDM ia mendapatkan banyak sekali pelajaran tentang sumber daya
manusia dan pengaplikasiannya di lapangan. Saat pelatihan, ia bertemu dengan
masalah masalah yang dihadapi struktur struktur manajerial, benturan benturan
antara nilai nilai perusahaan dan nilai nilai individu. Ia sadar pekerjaan ini
sangat bermanfaat baginya, walaupun penghasilan yang didapatkan sebagai freelancer
tidak tetap.
Pada tahun 2003 karena tuntutan
ekonomi dan keluarga ia memutuskan untuk bekerja dan berpenghasilan “tetap”.
Donny pun bekerja di Custodial Services Division Bank Niaga, menjadi bagian
dari struktur manajerial. Pada titik ini ia sadar bahwa menjadi karyawan tidak
semudah yang ia kira. Apa yang diucapkannya saat menjadi instruktur tentang
aplikasi SDM tidak mudah untuk diaplikasikan di pekerjaan dengan banyak sekali
faktor faktor yang bergerak dinamis di dalamnya. Pada titik ini ia sadar,
memang “mengucapkan memang lebih mudah daripada melakukan”. Walaupun ia sendiri
menyadari pekerjaan ini tidak cocok baginya ia memutuskan untuk bertahan,
karena banyak hal hal yang bermanfaat yang bisa ia pelajari sebagai seorang
karyawan sekaligus membayar omongan omongan sok tahunya dulu.
Pada pertengahan 2004 ia memutuskan
untuk resign dan kembali menjadi Instruktur Outbound di PT Prima
Kompetensi, sebuah perusahaan konsultan SDM di Jakarta. Kembali menjadi freelancer
dengan penghasilan tidak tetap, tetapi dengan ilmu yang berlimpah ruah, dan
pernah menjadi pegwai.
Karena sangat menyukai buku, suatu
hari ia bertekad untuk “mengarang” sebuah buku, sebuah novel. Maka hanya dengan
bermodal semangat ia mulai menulis dan menulis. Saat itu pekerjaan menjadi
instruktur pun sedang tidak terlalu banyak, maka ia pun menulis setiap hari dan
akhirnya selama hampir kurang lebih tiga bulan tulisan itu selesai. Ia memberi
judul pada novelnya “5 cm” sebuah ilham yang ia dapatkan sehabis bangun tidur
di pagi hari. “Ilham” yang pastinya terkontaminasi dengan buku buku motivasi
novel novel pencerahan yang harus ia lalap untuk keperluan mengajar, serta
sebuah perjalanan yang tak terlupakan 17 Agustus di puncak Mahameru.
Setelah mencari cari penerbit kesana
kemari, pada awal tahun 2005 , ia mengajukan novel itu ke PT Gramedia
Widiasarana Indonesia (GRASINDO). “memaksa” mengajukan tulisannya dalam bentuk
3.5 floppy ( dua buah) karena saat itu ia tidak mempunyai uang untuk membuat
Hard Copynya sebanyak 400 halaman.
Setelah hampir kurang lebih 4 – 5
bulan GRASINDO menyatakan setuju untuk menerbitkan novel “aneh” berwarna hitam
yang berjudul “5 cm” ini . Pada tanggal 21 Mei 2005, 5 cm mulai beredar di
pasaran, dan terus dicetak ulang sampai tulisan ini dibuat - hampir 100 ribu
kopi novel ini telah terjual.
Allhamdulillah ia pun merasakan
anugerah yang tak terkira dari 5 cm. Novel yang “aneh dan innocent” ini
ternyata dapat diterima oleh masyarakat. Ia bisa berpergian hampir ke seluruh
kampus kampus dan sekolah sekolah di Jawa dan Sumatera, dipanggil untuk bedah
buku,talkshow dan workshop menulis. Ternyata di hampir 30 kampus,sekolah,toko
buku, klab buku, book fair, yang ia kunjungi, ia merasakan anugerah yang luar
biasa dari para pembaca, bahwa 5 cm dapat diterima dan banyak yang bilang bahwa
5 cm telah merubah diri mereka menjadi orang yang lebih baik. Setiap ia
mendengar kalimat itu, ia tersadar sendiri, mengerti arti kebahagiaan yang
sebenarnya.
Pada awal 2008 Donny memutuskan
melepaskan semua pekerjaannya dan menjalani hidup sebagai penulis. Sebuah
keputusan yang telah ia pikirkan masak masak. Sebuah perjuangan baru terbentang
di depannya. Sebuah keputusan yang nekat, karena ia sendiri sadar masih terhitung
baru-masih berjalan bertelanjang kaki di dunia tulis menulis.
Pada akhir 2008, setelah 3 tahun
kembali bergerilya mengajukan 5 cm ke berbagai Production House (PH), Donny
menandatangani kontrak dengan SORAYA INTERCINE FILMS, yang berencana akan
mengangkat 5 cm ke layar lebar. Di PH yang telah puluhan tahun berkecimpung di
dunia perfilman Indonesia ini kembali ia belajar banyak tentang arti sebuah
idealisme dan industri, dua titik yang susah sekali untuk dipertemukan. Dua
titik yang apabila dipertemukan dan teruji akan menghasilkan sebuah masterpiece.
Di filmnya nanti , 5 cm akan berdarah darah mencoba menuju kesana.
Saat ini Donny sedang mencoba
menyelesaikan skenario 5 cm, yang dengan sok tahunya ia sedang mencoba
membuatnya sendiri. Di sela sela kebingungan dan kekesalannya atas
ke-“gaptek”-kannya membuat blog. Donny dengan hati berbunga bunga sedang
menyelesaikan novel keduanya. Sekarang Donny tinggal bersama seorang Dewi dan
Dei (2.5 tahun) di Cinere, sebuah hunian sejuk di Selatan Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar